Jadi Kampung Pengawasan, Budi Gajah Ajak Warga Pancuran Melek Politik
|
Di depan teras rumah terlihat sejumlah orang berkumpul dengan sajian makanan ringan di piring, mereka tidak lain adalah warga Kampung Pancuran, Kutowinangun Lor, Tingkir, Salatiga (22/10/2019) malam. Dalam perkumpulan tersebut tampak seorang pria mengenakan jaket berwarna abu-abu dengan tulisan Bawaslu di dada sebelah kiri, dia yakni Ahmad Dhomiri satu diantara tiga komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Salatiga yang sedang menjelaskan rencan pembentukan Kampung Pengawas.
Dhomiri sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa Bawaslu Kota Salatiga akan membuat Kampung Pengawas dengan melibatkan peran pengurus Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) khususnya. Dia juga menyampaikan hal yang akan dilakukan nantinya adalah memberikan Pendidikan politik bagi warga. Selain itu juga agar warga bisa lebih dekat dengan Bawaslu sehingga bisa dengan mudah mengakses informasi dan memberi masukan kepada Bawaslu demi meningkatkan kualitas Pemilu yang akan datang.
“Kami memilih kampung Pancuran karena kampung ini sudah dikenal dan bisa menjadi percontohan kampung yang lain. Sehingga dirasa cocok untuk menjadi salah satu kampung yang ikut berperan dalam pengawasan Pemilu. Selain di Pancuran Bawaslu juga akan membentuk di Wiroyudan dan Pulutan, ada Kampung Anti Politik Uang yang akan dibentuk di Ngronggo, Kemiri dan Gamol,” jelasnya.
Budi Sutrisno selaku ketua RW mengaku senang Pancuran dipilih Bawaslu Salatiga menjadi Kampung Pengawasan. Dia juga berharap dengan terbentuknya Kampung Pengawasan di Pancuran akan membuat warganya menjadi lebih tahu tentang politik dan regulasinya. Sehingga warga bisa ikut berperan aktif dalam mensukseskan Pemilu yang akan datang.
“Saya sangat senang dan antusias dengan rencana ini. Dengan melek politik dan tahu regulasi kita juga bisa memberi masukan dan melakukan kontrol terhadap kinerja Bawaslu juga. Jadi saya berharab warga Pancuran bisa bertambah cerdas dalam menentukan sikap dan pilihannya saat Pemilu kedepan,” ungkap Ketua RW yang akrab disapa Budi Gajah itu.
Purwadi ketua RT 9 menambahkan, bahwa dirinya juga setuju dengan adanya Pendidikan politik di Pancuran, tetapi menurutnya nama Kampung Pengawas terlalu kaku dan terkesan formal. Dia meminta jika bisa dirubah Namanya agar terkesan tidak formal. “Tapi yang jelas saya setuju dengan tujuan Bawaslu, Cuma Namanya kalua bisa diganti,” usulnya.
Tag
Berita