Lompat ke isi utama

Berita

Sosialisasi Pengawasan Pemilu Partisipatif

SALATIGA, Badan Pengawas Pemilihan Umum Salatiga – Partisipasi masyarakat dalam Pemilu maupun proses demokrasi nasional maupun lokal dapat berdampak baik pada kualitas demokrasi suatu negara dalam menghasilkan calon-calon pemimpin yang ada di eksekutif maupun legislatif, dengan demikian diharapkan produk kebijakan publiknya dapat berdampak positif dalam proses pembangunan nasional maupun daerah, yang akuntabel, transparan serta mampu menyelenggarakan roda pemerintahan yang bersih dari praktik-praktik korupsi. Untuk mewujudkan peran serta masyarakat dalam melakukan pengawasan partisipatif, Bawaslu Salatiga menggelar giat Sosialisasi Pengawasan Pemilu Partisipatif. Tujuan giat tersebut juga untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga perilaku yang dapat merusak sendi-sendi demokrasi sehingga mampu mendorong Pemilu yang berkualitas dan bermartabat. Sosialisasi yang digelar di Grand Wahid Hotel Salatiga pada Kamis (8/9) ini mengundang peserta dari berbagai unsur, mulai dari organisasi masyarakat, badan eksekutif mahasiswa dari perguruan tinggi, RW kampung pengawasan, RW kampung anti politik uang dan SAKA Adhyasta Pemilu Kota Salatiga. Sebelum masuk dalam materi, acara dibuka oleh ketua Bawaslu Salaitga, Agung Ari Mursito. Dalam sambutan pembukaannya Agung menyinggung perihal giat Bawaslu pasca pandemi dimana saat pandemi giat dan anggaran Bawaslu dibatasi. Adapaun giat Bawaslu terbaru yakni pengembangan kampung pengawasan serta pembentukan Saka Adhyasta serta sosialiasi baik secara langsung maupun online melalui vidio edukasi di sosmed Bawaslu Salatiga. Agung juga mengucapkan maksud diadakannya sosialisasi pengawasan. “Kegiatan ini bagian upaya kami melakukan pencegahan terkait potensi pelanggaran pemilu yang terjadi di Salatiga.Harapan kita selalu bisa menjalin kemitraan dan kerjasama untuk mencegah terjadinya praktik-praktik pelanggaran khususnya politik uang. Ada juga yang pekewuh melapor karena hubungan saudara. Netralitas ASN, TNI, Polri juga menjadi fokus kami” tutur Agung. Jalannya acara dipandu oleh moderator, Siti Aniatun Nakhlah, S.Pd. Sedangkan pemateri dalam giat kali ini yakni guru besar dari UIN Salatiga, Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.Ag. M.A serta akademisi dari Fiskom UKSW, Sampoerno, S.Pd.,M.Si.. Dalam materi yang disampaikan oleh Asfa, pihaknya menyampaikan pemahaman pendidikan dalam arti luas. “Pendidikan politik salah satunya pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan politik dipahami secara luas bukan sebagai politikus.Yang kita tuju adalah pemilu yang fare yang luberjurdil.Pemilu yang adil pertama ditunjukkan dari integritas penyelenggaranya.Pemilu merupakan sarana memilih pemimpin yang bagus.Pengawasan partisipatif merupakan manifestasi kedaulatan rakyat dan penguatan partisipasi politik masyarakat. Pesan keadilan disemua agama itu ada dan pemerintah juga memanifestasikan keadilan kepada masyarakat. Demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang terbuka, kita punya civil society untuk mewujudkan demokrasi sesuai harapan rakyat” terang Asfa. Sementara materi yang disampaikan oleh Sampoerno menyinggung perihal realita dilapangan memasuki tahapan Pemilu. Mulai dari segi bagaimana masyarakat menanggapi black campaign serta hal-hal apa saja yang harus ditempuh rakyat untuk menindaklanjuti pelanggaran-pelanggaran Pemilu. Saat sesi diskusi tanya jawab, muncul pertanyaan dari Dewi (Percik Salatiga). Pihaknya menanyakan perihal pentingnya sebuah pendidikan atau sejenis mata kuliah perihal demokrasi pemilu maupun politik. Menanggapi hal tersebut Sampoerno menanggapi bahwasannya di tempat Sampoerno mengajar terdapat kegiatan pengabdian masyarakat. “Difakultas kami ada makul ilmu politik.Makul budi pekerti dulu ada namun sekarang tidak ada. Bawaslu mengadakan giat ini sebagai modal sosial agar masyarakat menjadi benar-benar melek dengan menyebarkan virus positif. Dulu pernah kami menghadirkan Bawaslu, KPU untuk mengajar di makul kami perihal demokrasi dan pendidikan politik” jawab Sampoerno. Jawaban juga muncul dari Asfa yang menuturkan semakin tua semakin idealis. Di Eropa semua orang bisa dipercaya kecuali orang yang brengsek, di Eropa tradisi kepercayaan person to person sangat tinggi. Ada masyarakat tidak percaya degan penyelenggara pemilu. JIka hanya pendidikan kewarganegaraan maka tidak cukup untuk pengetahuan lebih mendalam terkait demokrasi, politik dan pemilu, perlu ada mata kuliah yang intens ke arah tersebut. Usul bu dewi akan saya sampaikan ke wakil rektor 3 UIN” terang Asfa. Jelang berakhirnya giat, masing-masing pemateri memberikan closing statement. Closing statement dari Asfa yakni “Masa depan Indonesia di tangan kita, yang senior bisa membimbing dan menyadarkan yang lain serta dapat mewujudkan pemilu yang luberjurdil.Mari awali dengan yang baik, mudah-mudahan kita mendapat pemimpin yang berkualitas, harapannya para aktivis dan anak anak muda dapat mengawali pemilu yang baik agar Indonesia menjadi negara yang lebih baik dan lebih bermartabat. Selalu semangat dibidangnya masing masing” ucap Asfa. Sedangkan closing statement dari Sampoerno ialah terkait pentingnya menjadi orang baik. ”Menjadi orang penting itu baik, tapi jauh lebih penting menjadi orang baik.Orang penting belum tentu baik, tapi kalau orang baik sudah pasti bermanfaat. Jadilah orang yang baik dan bermanfaat bagi sesama. Acara ditutup dengan sesi foto bersama.
Tag
Berita